Ikatan persaudaraan terjalin antara Kahlil Gibran dan pelukis Lebanon, Yousif Howayek, ketika mereka belajar seni lukis di Paris. Gibran sahabat Howayek yang tak pernah berpisah, yang menyertainya ke opera, teater, museum, galeri dan tempat-tempat menarik lainnya. Howayek sangat mengagumi Gibran, dan sebagai tanda kekagumannya itu, ia bekerja beberapa bulan membuat lukisan cat minyak indah potret Gibran dan menghadiahkan lukisan itu padanya.
Dari Gibran kepada Yousif Howayek
Boston, 1911
Walau di kota ini aku punya banyak kawan dan kenalan, aku merasa seolah berada dalam tanah pengasingan yang jauh, tempat kehidupan begitu dingin, kelabu dan bisu laksana Sphynx.
Saudara perempuanku ada di dekatku, dan sanak kerabatku yang kucintai pun ada di sekitarku ke mana saja aku pergi. Orang-orang pun mengunjungi kami, siang dan malam. Tapi aku tak bahagia. Pekerjaanku mengalami kemajuan pesat, pikiranku pun tenang, sedangkan kesehatanku tak kurang suatu apa, namun aku tak merasakan kebahagiaan juga. Jiwaku lapar dan haus terhadap sesuatu makanan atau minuman, tapi aku tak tahu di mana aku bisa menemukannya. Jiwa adalah bunga sorgawi yang tak bisa hidup dalam keteduhan, tapi duri bisa hidup di mana pun jua.
Inilah kehidupan orang Timur yang terkena penyakit seni rupa. Inilah kehidupan anak-anak Apolon yang terbuang ke negeri asing, yang pekerjaannya menjadi asing, jalannya lamban, dan tawanya adalah tangis.
Apa kabar, Yousif? Adakah engkau bahagia di antara hantu-hantu manusia yang kausaksikan tiap hari di sepanjang tepi jalan?
Gibran
Dari Gibran kepada Yousif Howayek
Boston, 1911
Walau di kota ini aku punya banyak kawan dan kenalan, aku merasa seolah berada dalam tanah pengasingan yang jauh, tempat kehidupan begitu dingin, kelabu dan bisu laksana Sphynx.
Saudara perempuanku ada di dekatku, dan sanak kerabatku yang kucintai pun ada di sekitarku ke mana saja aku pergi. Orang-orang pun mengunjungi kami, siang dan malam. Tapi aku tak bahagia. Pekerjaanku mengalami kemajuan pesat, pikiranku pun tenang, sedangkan kesehatanku tak kurang suatu apa, namun aku tak merasakan kebahagiaan juga. Jiwaku lapar dan haus terhadap sesuatu makanan atau minuman, tapi aku tak tahu di mana aku bisa menemukannya. Jiwa adalah bunga sorgawi yang tak bisa hidup dalam keteduhan, tapi duri bisa hidup di mana pun jua.
Inilah kehidupan orang Timur yang terkena penyakit seni rupa. Inilah kehidupan anak-anak Apolon yang terbuang ke negeri asing, yang pekerjaannya menjadi asing, jalannya lamban, dan tawanya adalah tangis.
Apa kabar, Yousif? Adakah engkau bahagia di antara hantu-hantu manusia yang kausaksikan tiap hari di sepanjang tepi jalan?
Gibran
0 comments:
Post a Comment