Kahlil Gibran lahir di Bsherri, Lebanon, 6 Januari 1883. Dalam usia remaja bersama ibunya pindah ke Boston, Amerika Serikat. Setelah kembali ke Lebanon untuk mempelajari sastra Arab, mulai tahun 1905 karya-karyanya terbit dan menarik perhatian, terutama Sang Nabi. Ia memperluas pandangan sastra dan belajar melukis di Paris, kemudian menetap di New York, mendirikan studio "Pertapaan". Buku-bukunya yang terkenal selain Sang Nabi, juga Taman Sang Nabi, Pasir dan Buih, Sayap-Sayap Patah, Suara Sang Guru, Si Gila, Sang Pralambang, Sang Musyafir, dll. Ia meninggal 10 April 1931 karena sakit lever dan radang paru-paru.

Thursday, August 19, 2010

Surat May Ziadah kepada Gibran

Dalam pengantar bukunya yang ditulisnya dalam bahasa Arab berjudul May dan Gibran (May and Gibran), Dr. Jamil Jabre menulis, "Sulit dibayangkan seorang pria dan seorang wanita jatuh cinta tanpa saling mengenal atau bertemu kecuali hanya lewat korespondesi. Tetapi para seniman memang punya cara hidup sendiri yang aneh, yang hanya dapat dipahami oleh mereka sendiri. Inilah yang dialami oleh pengarang wanita terkenal dari Lebanon, May Ziadah, dan Kahlil Gibran.

"Hubungan sastra dan hubungan cinta antara Kahlil Gibran dan May Ziadah bukanlah sebuah dongeng atau praduga, tetapi sebuah fakta yang dapat dibuktikan kepada umum lewat surat-surat yang diterbitkan oleh May Ziadah sesudah Gibran wafat".

Ketika buku Sayap-Sayap Patah (The Broken Wings) pertama kali muncul dalam bahasa Arab, Gibran mengirimkan satu jilid kepada May Ziadah dan memintanya agar mengulasnya. Memenuhi permintaan itu, May menulis surat berikut ini:


Dari May Ziadah kepada Gibran
Kairo, Mesir 12 Mei, 1912

Aku tidak setuju denganmu dalam soal perkawinan, Gibran. Aku menghormati pikiranmu dan aku memuji gagasanmu karena aku tahu bahwa kau jujur dan setia membela semua prinsipmu yang bertujuan mulia. Aku setuju sepenuhnya denganmu tentang prinsip-prinsip dasar yang membela kebebasan kaum wanita. Kaum wanita mesti bebas sebagaimana kaum pria dalam memilih jodoh, bukan atas dorongan nasihat atau pertolongan sanak-kerabat dan tetangga, tetapi atas dasar niat dirinya sendiri. Setelah memilih teman hidupnya, wanita haruslah mengikatkan dirinya sepenuhnya pada tugas-tugas perkawinan yang telah ditempuhnya. Engkau menyebut ini semua sebagai belenggu kepalsuan zaman. Ya, aku setuju denganmu dan aku berkata bahwa ini semua memang merupakan belenggu yang kukuh; tapi ingat bahwa belenggu ini adalah ciptaan alam yang membuat wanita sebagaimana adanya sekarang ini. Meski perhatian kaum pria telah sampai pada titik penghancuran belenggu adat dan tradisi, hal itu belumlah sampai pada titik penghancuran belenggu alam, karena hukum alam berada di atas segala hukum. Mengapa seorang wanita yang bersuami tidak boleh bertemu laki-laki yang dicintainya secara sembunyi-sembunyi? Karena dengan berbuat begitu ia akan mengkhianati suaminya, menodai martabat yang diterimanya dengan suka rela, dan merendahkan harga dirinya di mata masyarakat tempat ia menjadi anggotanya.

Pada saat perkawinan, wanita berjanji untuk setia, dan kesetiaan batin itu sama pentingnya dengan kesetiaan lahir. Pada saat akad perkawinan ia juga menyatakan dan menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan suaminya; dan ketika ia bertemu secara sembunyi-sembunyi dengan lelaki lain, ia telah berdosa mengkhianati masyarakat, keluarga dan kewajibannya. Engkau boleh menjawab dengan: "Kewajiban itu suatu kata yang samar-samar dan sulit dirumuskan dalam banyak hal." Dalam hal seperti ini kita perlu mengetahui "apakah keluarga itu" agar kita dapat memastikan tugas para anggotanya. Peran yang dimainkan kaum wanita dalam keluarga sangatlah berat, paling rendah dan paling pahit.

Aku sendiri merasakan kepedihan dari tali temali yang mengikat kaum wanita itu - benang-benang sutera indah itu bagaikan jaring laba-laba, namun kuat bagaikan kawat emas. Seandainya kita biarkan Selma Karamy*), pahlawan putri dalam novelmu itu, dan semua wanita yang mirip dengannya baik perasaan maupun kecerdasannya, bertemu secara sembunyi-sembunyi dengan seorang laki-laki yang jujur dan berwatak ksatria; tidakkah ini akan memberi jalan bagi setiap wanita untuk memilih seorang laki-laki lain di luar suaminya sebagai kawan, dan menemuinya secara rahasia pula? Hal ini tidak boleh terjadi, meskipun tujuan pertemuan rahasia itu untuk berdoa bersama di depan Salib Suci.


May


*) Gadis cantik dari Beirut dalam novel Gibran Sayap-Sayap Patah.

0 comments:

Post a Comment